Sabtu, 27 Juni 2009

Alone in the Midnight...(Dawny's Birthday)

Jam berapa ini, eh? Jam sebelas? Entahlah. Sepertinya lebih. Gadis sebelas tahun ini bukannya tidak bisa tidur, tapi tepatnya belum ingin tidur. Matanya menerawang jauh dari jendela ukuran sedang--tidak kecil, tapi tidak besar juga--di sisi tempat tidurnya. Yeah, gelap. Hanya ada beberapa pendar bintang memancarkan cahaya kecilnya ditemani gumpalan awan yang terlihat samar-samar. Sekiranya hal itu yang selalu dilihatnya setiap malam saat mau tidur di kamarnya--kecuali kalau cuaca sedang buruk, tentunya. Ingat, kamar Miyu ada di menara, jadi sepertinya ia masih lebih beruntung bisa mendapatkan pemandangan seperti itu kalau dibandingkan dengan yang asramanya ada di bawah sana. Dan inilah salah satu keuntungan masuk ke asrama Ravenclaw. Walaupun yang ia tahu, anak Ravenclaw umumnya merupakan orang-orang yang berwawasan luas dan berkawan dengan setumpuk buku tebal. Sebetulnya, ia tidak begitu berminat pada buku. Tapi entah mengapa sepertinya tidak ada bagian dari dirinya yang memprotes atau tidak terima ia masuk asrama ini. Yeah, semoga saja ia bisa memberikan yang terbaik pada asramanya ini. Hopefully.

Ia masih terpaku menatap langit gelap di hadapannya. Sambil duduk santai di atas lantai batu yang dingin di sebelah tempat tidurnya. Sebenarnya ia sendiri tidak tahu apa yang dilakukannnya sejak tadi yang sepertinya hanya buang-buang waktu itu. Toh juga setiap hari ia sudah cukup puas menyaksikan pemandangan yang sama dan begitu-begitu saja. Tapi...ada satu hal yang belum pernah ia lakukan. Keluar ke halaman saat malam hari. Dalam beberapa bulan ia bersekolah disini, ia memang sudah pernah bermain ke halaman, tapi hanya pada saat pagi atau siang--atau mungkin sore hari. Yeah dear, daripada hanya berdiam diri menatap langit malam yang juga tidak melakukan apa-apa lebih baik jalan-jalan ke halaman dan melakukan sesuatu yang lebih beguna daripada ini. Tapi memangnya ada yang bisa dilakukan di malam hari seperti ini? Di halaman pula. Sepertinya ia akan tertarik melihat danau pada malam hari yang memantulkan cahaya bulan dan bintang-bintang--kalau dibayangkan sepertinya indah. Tapi lihat saja nanti. Dengan santai ia beranjak dari tempat ia duduk tadi dan berjalan santai menuju pintu sembari mengenakan jaketnya. Yeah, sepertinya udara malam di luar sana akan cukup membuatnya menggigil. Perlahan ia membuka pintu kamar yang berisi anak perempuan kelas satu asramanya tersebut setelah sebelumnya memandang ke seisi ruangan dan mendapati semua anak dalam asramanya berada di tempat tidur masing-masing--sepertinya begitu, karena tidak ada cukup cahaya yang bisa membentunya melihat ke seisi ruangan tersebut.

Menuruni satu persatu anak tangga dengan hati-hati dan ia harus bersiap setiap saat karena tidak menutup kemungkinan ia goyah karena tangga yang masih bergerak setiap saat. Dalam cahanya remang-remang ia berusaha memandang dan mencari jalan keluar menuju halaman. Tubuhnya hanya dibalut sepotong celana panjang--bukan jins tentunya, karena hanya akan menambah hawa dingin pada dirinya--, selembar kaos yang tertutup jaket, dan terakhir dialasi dengan sepasang sandal kamar biasa. Yeah, namanya juga orang mau tidur, ya rata-rata penampilannya seperti itu kan?

Tak berapa lama, akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya dengan agak susah. Yeah, mencari dalam kegelapan itu susah, asal kau tahu saja. Dan memang bisa saja sih ia menggunakan tongkat sihirnya untuk mengeluarkan cahaya, tapi ia belum begitu hafal mantra-mantra yang di ajarkan. Daripada salah mantra nantinya, lebih baik ia gunakan penerangan apa adanya saja. Haha. Pasrah sekali ya? Tapi biar begitu sepertinya ia tidak takut bahaya apapun yang mungkin akan ia temui di luar sana. Sejak tadi ia berjalan dengan tenang-tenang saja dari kamarnya di atas sana dan melewati tujuh lantai di kastil. Mungkin hanya sesekali ia harus berpegangan pada tangga ketika tangga-tangga di dalam kastil bergerak dan berubah arah. Tapi itu merupakan hal yang wajar terjadi di Hogwarts, rite? Jadi cepat atau lambat ia juga akan mengalami hal-hal seperti ini.

Ia terus berjalan di atas rerumputan sanbil sesekali merapatkan jaketnya. Untung saja ia masih kepikiran udara dingin di luar sini dan mengenakan jaketnya, karena ternyata hawa di sini memang benar-benar dingin. Tidak usah ditanya. Hening, hanya terdengar langkah kakinya dan suara jangrik yang selalu mengeluarkan suara begitu setiap malamnya. Beberapa menit ia berjalan, dan lama kelamaan aroma garam mulai tersium oleh indra penciumannya. Danau, eh? Ia sedikit ingin tahu bagaimana danau kalau di malam hari. Yeah, ia tahu itu hal konyol, cuma ingin melihat danau begitu saja sampai rela menuruni ribuan tangga apalagi di malam hari begini. Tapi kalau Miyu sudah ingin, apapun juga akan sulit menghalanginya.

"Happy Birthday, Dawn," Hump. Suara apa itu? Ya suara manusia lah. Iya iya, itu memang pasti suara manusia. Dan suara itu membuatnya sedikit kaget--hanya sedikit, tidak sampai membuatnya terlonjak dari tempatnya--dan menghentikan langkahnya. Dilihatnya seorang laki-laki di dekatnya dengan sependar cahaya kecil di depannya. Err, spertinya cahaya itu berasal dari lilin, ya, lilin, yang diletakkkan pada--err, kalau Miyu tidak salah lihat--sebuah kue tart. Perlahan tapi pasti ia mulai mengerti apa yang ada di hadapannya. Yeah. Laki-laki tadi berulang tahun. Dan berarti ini sudah lewat tengah malam, rite? Ia perlu beberapa detik sampai akhirnya cukup jelas melihat laki-laki tadi. Sepertinya ia pernah melihat orang itu, tapi ia tidak tahu siapa dia. Yang jelas ia merupakan seniornya, dan kalau Miyu tidak salah lagi, seasrama dengannya. Kalau tidak salah lho--kalau salah ya...maaf.

"Kau ulang tahun, eh?" Ucapnya pelan pada akhirnya. Biarpun pelan tapi ia yakin laki-laki itu mendengarnya karena di sini sepi sekali. Dan suara kecilpun pasti akan terdengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar